Minggu, 18 Maret 2012

RPP IPA SD KELAS IV


Nama Sekolah : SDN SIMOKERTO IV Surabaya
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IV/2
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan)
Standar Kompetensi : Energi dan Perubahannya
7. Memahami Gaya dapat Mengubah Gerak dan/atau Bentuk Suatu Benda
Kompetensi Dasar :
7.1. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1:
1. Dengan mengamati demontrasi meja yang didorong dan ditarik dan bola yang dilempar ke atas secara berulang-ulang, serta mengamati gambar pada LKS 01A tentang suatu kegiatan di sekolah, siswa dapat membuat daftar berbagai gerak suatu benda.
2. Melalui penyajian informasi tentang gaya dapat mengubah gerak benda dan contohnya dalam presentasi power point, dan siswa menghubungkannya dengan membaca ide-ide penting pada buku siswa, siswa dapat menjelaskan pengertian gaya, macam-macam, dan satuannya.

Tujuan Pembelajaran Pertemuan 2:
3. Melalui kegiatan melakukan percobaan mendorong dan menarik suatu benda yang dapat mengubah gerak benda tersebut, siswa dapat menemukan bahwa gaya yang dapat berupa dorongan dan tarikan dan mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai gerak benda tersebut.
4. Melalui kegiatan presentasi, mengikuti, dan mereview presentasi temannya, siswa dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru.
5. Dengan diberikan tugas yang terkait dengan penerapan gaya mengubah gerak benda dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan menyimpulkan bahwa gaya dapat mengubah gerak benda.

B. Materi Pembelajaran:
Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda
1. Pengertian Gaya dan Satuannya
Gerakan menarik atau mendorong itu dalam IPA disebut gaya. Jadi gaya dapat menyebabkan benda bergerak atau berubah bentuk. Gaya tidak dapat dilihat tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Gaya tidak sama dengan tenaga (energi) meskipun keduanya saling berhubungan. Gaya juga dilakukan hewan atau mesin, misalnya sapi menarik gerobak dan lokomotif kereta api menarik rangkaian gerbong. Satuan gaya adalah newton.
2. Macam-macam Gaya
Gaya dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain: Gaya otot, yaitu gaya yang dihasilkan oleh otot, misalnya tangan meremas benda. Gaya pegas, yaitu gaya yang dihasilkan oleh pegas, misalnya anak panah meluncur karena adanya pegas busur panah. Gaya magnet, yaitu gaya yang dihasilkan oleh magnet, misalnya dinamo sepeda. Gaya gesek, yaitu gaya karena adanya gesekan dua benda, misalnya ban kendaraan bergesekan dengan permukaan jalan. Gaya gravitasi, yaitu gaya tarik bumi, misalnya buku yang jatuh ke lantai.

3. Pengaruh Gaya terhadap Gerak Suatu Benda
Gaya dapat mengubah gerak suatu benda. Suatu benda dikatakan bergerak bila benda tersebut berubah posisi atau berubah tempatnya terhadap suatu titik acuan. Benda yang mula-mula diam bisa berubah menjadi bergerak setelah mendapatkan gaya. Benda yang sedang bergerak apabila mendapatkan gaya dapat mengakibatkan perubahan arah gerak benda.

C. Model dan Metode Pembelajaran:
1. Model : Pembelajaran Kooperatif (Pertemuan 1) Pembelajaran Langsung (Pertemuan 2)
2. Metode : Kelompok Berpasangan, Pengamatan, Percobaan, Presentasi, dan Tanya Jawab

D. Langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (± 15 Menit)
1) Setelah mempersiapkan siswa untuk belajar, guru menarik perhatian siswa dengan mendorong dan menarik meja guru secara berulang-ulang, melempar bola ke atas dan membiarkannya jatuh ke lantai, kemudian menanyakan pada siswa kegiatan yang dilakukan guru dan apa yang terjadi (Fase 1)
2) Siswa diminta menuliskan jawabannya dan mengkaitkan dengan gerak benda lainnya yang dikenal dan sering dilihat dalam kehidupan sehari-hari (Fase 1)
3) Siswa menceritakan hasilnya kepada teman pasangan sebangkunya. (Fase 1)
4) Guru memuji hasil kerja siswa dan berdasarkan hasil pengamatan siswa, guru mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar terkait dengan kegiatan yang baru dilakukan siswa, serta mengkaitkan pembelajaran sekarang dengan jawaban siswa dengan menampilkan presentasi power point. (Fase 1)

b. Kegiatan Inti (± 45 Menit)
5) Guru menyajikan informasi tentang gaya melalui presentasi power point (Fase 2)
6) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kooperatif dan menjelaskan cara belajar dalam model pembelajaran kooperatif. (Fase 3)
7) Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam bekerja sesuai dengan LKS 01A tentang suatu kegiatan di sekolah dan meminta siswa menuliskan hasil pengamatannya. (Fase 4)
8) Guru melakukan evaluasi dengan meminta setiap anggota kelompok saling berpasangan, dan saling mempresentasikan pekerjaannya. (Fase 5)
9) Berdasarkan hasil pengamatan, guru meminta siswa membaca ide-ide penting buku siswa dengan topik Apakah yang menyebabkan benda bergerak? & Macam-macam Gaya (Fase 2)
10) Guru membimbing siswa menghubungkan hasil bacaannya dengan hasil pengamatannya, kemudian hasilnya dirumuskan dengan menulis pengertian gaya, macam-macam gaya, dan satuan gaya menggunakan kalimatnya sendiri. (Fase 4)
11) Beberapa perwakilan kelompok diminta membacakan hasil rumusan pengertian gaya, macam-macam gaya, dan satuannya, anggota kelompok lainnya mengkritisi dan menyempurnakan rumusan yang dibaca temannya. (Fase 5)
12) Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa. (Fase 6)
13) Siswa mengerjakan pertanyaan dan kesimpulan dalam LKS 01A. (Fase 5)
14) Guru dan siswa membahas jawaban soal-soal LKS 01A dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. (Fase 5)

c. Penutup (± 10 Menit)
15) Guru merangkum butir-butir penting seluruh pembelajaran dengan menanyakan kepada siswa apa saja yang telah dipelajarinya. (Fase 5)
16) Memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas partisipasi aktifnya dalam belajar. (Fase 6)

2. Pertemuan Kedua
a. Pendahuluan (± 10 Menit)
1) Setelah mempersiapkan siswa untuk belajar, guru dan siswa melakukan permainan tepuk tangan dengan yel-yel yang berhubungan dengan gaya, untuk memotivasi dalam belajar, teksnya ada dalam buku siswa. (Fase 1)
2) Guru kembali mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar yang terkait dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya melalui presentasi power point. (Fase 1)
3) Guru membentuk kelompok siswa dan membagikan alat dan bahan per kelompok. (Fase 1)

b. Kegiatan Inti (± 50 Menit)
4) Guru menyajikan informasi tentang sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan percobaan. (Fase 2)
5) Guru mendemontrasikan tahapan yang akan dilakukan dalam kegiatan percobaan seperti yang tercantum dalam LKS 01B dengan rincian: (a) Langkah-langkah yang perlu dilakukan, (b) Pembagian peran anggota di kelompok, dan (c) Cara melakukan pengamatan dan mencatat hasil percobaan. (Fase 2)
6) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan percobaan seperti yang tercantum dalam LKS 01B Percobaan: Gaya dapat mengubah gerak suatu benda. (Fase 3)
7) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas dengan membuat argumentasi yang logis, kritis, dan kreatif berdasarkan hasil percobaan, serta mengkritisi presentasi teman-temannya. (Fase 4)
8) Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa, dan memperbaiki aspek yang belum benar. (Fase 4)
9) Siswa mengerjakan pertanyaan dan kesimpulan dalam LKS 01B yang terkait implementasi gaya mengubah gerak benda dalam kehidupan sehari-hari. (Fase 5)
10) Guru dan siswa membahas jawaban soal-soal LKS 01B dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. (Fase 5)

c. Penutup (± 10 Menit)
12) Guru merangkum butir-butir penting seluruh pembelajaran dengan menanyakan kepada siswa apa saja yang telah dipelajarinya. (Fase 4)
13) Memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas partisipasi aktifnya dalam belajar, dan memberikan penugasan pada siswa untuk menyempurnakan hasil pekerjaannya, serta membaca buku siswa di rumah dengan topik Bagaimana pengaruh gaya terhadap bentuk benda? (Fase 4 dan Fase 5).

E. Sumber Belajar dan Media
1. Buku Siswa IPA SD Kelas IV Semester II Karangan Anwar Holil Halaman 1-6 Bab I: Gaya. Diterbitkan Sendiri (2007).
2. Buku Siswa IPA SD Kelas IV Semester II Karangan Hariyanto Halaman 54-61 Bab 7: Gaya dan Pengaruhnya. Penerbit Pusaka Utama (2007).
3. LKS 01A Pengamatan: Berbagai Gerak Suatu Benda
4. LKS 01B Pengamatan: Gaya dapat mengubah gerak suatu benda
5. Powerpoint: Gaya dapat mengubah gerak suatu benda
6. Bola Tenis/bola kecil
7. Tali Rafia
8. Meja Guru dan Meja Siswa

F. Penilaian
Penilaian yang digunakan berbasis kelas dan menggunakan instrumen penilaian berikut ini.

Indikator 1.
Menemukan bahwa gaya dapat berupa dorongan dan tarikan melalui suatu percobaan dengan mendorong dan menarik suatu benda yang dapat mengubah gerak benda tersebut, serta mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai gerak benda tersebut.
Teknik Penilaian
Unjuk Kerja
Bentuk Instrumen
Uji Petik Kerja Prosedur dan Produk
Instrumen
Lakukan kegiatan percobaan dalam LKS 01B. Ikuti prosedurnya sesuai petunjuk. Tuliskan jawabanmu pada daftar tabel 2 LKS 01B tentang gaya dapat mengubah gerak benda. Jawablah daftar pertanyaan dalam LKS 01B

Indikator 2
Menunjukkan contoh penerapan gaya dapat mengubah gerak benda.
Teknik Penilaian
Tes Tertulis
Bentuk Instrumen
Uraian
Instrumen
1. Tuliskan kegiatan sehari-hari yang membuktikan gaya dapat mengubah gerak benda!
2. Dari sebuah bola yang diberikan gaya dengan ditendang, uraikan apa saja yang dapat dilakukan gaya pada bola!

Sabtu, 17 Maret 2012

Pengembangan Kurikulum

Landasan Pengembangan kurikulum
لاغ شفشاقئش
i

Landasan Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
  1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
  2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
  3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
  4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
  5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
  2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
  3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
  5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
  6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
  7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi sebelum uraian tentang landasan pengembangan kurikulum dari Nana Syaodih Sukmadinata kita lihat faktor-faktor pengembangan kurikulum .
1.      FILOSOFI merupakan konseptual dan ideal
2.      PSIKOLOGIS rencana belajar untuk pengalaman
3.      SOSIAL BUDAYA dalam hal ini masyarakat (siswa, keluarga, masyarakat umum) merupakan sesuatu yang nyata
4.      ILMU DAN TEKNOLOGI arahnya bahwa pendidikan tidak hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan
Menurut Hansiswany Kamarga dalam Landasan Dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum berlandaskan pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Hubungan Antara Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan
Donald Butler (1957), filsafat memberikan arah & metodologi terhadap praktek pendidikan; praktek pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan filsafat
  • Brubacher (1950), mengemukakan 4 pandangan tentang hubungan ini :
  • Filsafat merupakan dasar utama dalam filsafat pendidikan
  • Filsafat merupakan bunga, bukan akar pendidikan
  • Filsafat pendidikan berdiri sendiri sebagai disiplin yang mungkin memberi keuntungan dari kontak dengan filsafat, tetapi kontak tersebut tidak penting
  • Filsafat dan teori pendidikan menjadi satu
  • John Dewey, filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama, seperti pendidikan sama dengan kehidupan
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
  • motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
  • bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
  • konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
  • pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
  • keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita mengharapkan melalui pendidikan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Karena setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian karena berbagai penemuan teknologi baru terus berkembang. Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya arahnya bersifat tidak hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan bersama, kepnetingan sendiri dan kelangsungan hidup manusia.

Ini Blog...!!!

Alhamdulillah...
Sekarang ana punya Blog sendiri, walaupun masih acak-acakan...